Hidup Demokrasi!
Geliat perjuangan
menegakkan demokrasi terus memberi warna dunia politik Indonesia. Berbagai
kalangan mencoba mendefinisikan makna demokrasi agar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat Indonesia. Namun tampaknya politik di negara ini sedang dibayangai
oleh sistem “demokrasi prosedural”. Hak-hak rakyat untuk mengajukan pendapat
seringkali dipangkas oleh prosedur-prosedur pemerintah yang berbelit-belit,
bahkan cenderung menguntungkan pihak penguasa. Keadaan ini melahirkan keprihatinan
karena sepertinya demokrasi hanya sebuah slogan. Suara-suara lokal belum
mendapat tempat yang cukup dalam sistem politik Indonesia. Oleh karena itu,
sekelompok ahli menganalisa makna demokrasi berdasarkan nilai-nilai kearifan
lokal sebagai suatu upaya untuk mengangkat
nilai-nilai demokrasi dari budaya lokal. Hasil pengkajian mereka
dirangkumkan dalam buku “Demokrasi Pribumi” yang disunting oleh Pdt.
Dr. Fredrik Y. A. Doeka (Ketua Asakkia) dan Romo Dr. Bertolomeus Bolong, OCD (Sekretaris Asakkia). Buku ini dibedah untuk pertama
kalinya pada tanggal 15 Desember 2014 di Universitas Kristen Artha Wacana Kupang oleh
Pdt. Dr. J. E. E. Inabuy, STM (Dosen Fakultas Teologi UKAW Kupang): “Demokrasi
Pribumi menurut Kacamata Penulis”, Dr. David Pandie (Dosen Fisip Undana Kupang):
“Demokrasi Pribumi dan Sumbangannya bagi Penatalayanan Organisasi Massa”, dan
Dr. Nobertus Jegalus (Dosen Seminari Tinggi Santo Mikael Unwira Kupang): “Demokrasi
Pribumi dan Sumbangannya bagi Penatalayanan Organisasi Gereja”. Acara ini
dipandu oleh Pdt. Dr. Adriana Tunliu (Dosen Fakultas Teologi UKAW Kupang) sebagai
moderator.