Jumat, 05 Juni 2015

BUKU "WACANA IDENTITAS MUSLIM PRIBUMI NTT"


Bunga Rampai WACANA IDENTITAS MUSLIM PRIBUMI NTT (Editor: Philipus Tule, Fredrik Doeka, Ahmad Atang).

Harga Edisi Soft-Cover @Rp.150.000 dan Edisi Istimewa Hard-Cover @Rp.200.000).

Secara ringkas, Bunga Rampai WACANA IDENTITAS MUSLIM PRIBUMI NTT (dengan  Editor: Philipus Tule , Fredrik Doeka dan Ahmad Atang) mengungkapkan tekad kami sekelompok Peneliti NTT untuk menulis sejenis narasi etnografis mengenai pelbagai komunitas Islam di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun karena keterbatasan waktu dan dana, maka penelitian perdana ini dibatasi pada beberapa komunitas saja (Kota Kupang, Bila di Soe, Rote, Waingapu, Alor Pantar, Lamakera di Solor, Maundai di Keo, Pesantren Walisanga Ende dan Universitas Muhammadiyah Kupang). Narasi ini dipresentasikan dengan menggaris-bawahi keterlibatan dan partisipasi pribadi peneliti dan penulis (personal agency) serta umat Muslim (social agency) di pelbagai komunitas itu. Konsep keterlibatan dan partisipasi di sini merujuk pada suatu situasi, sebagaimana digambarkan oleh seorang antropolog Kondo, bahwa manusia pada prinsipnya berusaha mencipta, mengonstruksi, berkarya, dan selanjutnya memerankan
 identitas mereka, yang terkadang secara kreatif berusaha menantang batas-batas agama dan budaya yang melingkungi, baik yang dinamakan ‘diri’ maupun ‘identitas atau cara-cara pengungkapan diri’.

Sebagai komunitas Muslim pribumi yang taqwa, mereka pun masih menjunjung-tinggi kebudayaan setempat sebagai bagian dari identitas mereka. Konsep
mereka tentang alam dunia (kosmologi) yang menjunjung tinggi harmoni dengan tanah adat dan keyakinan bahwa arwah para leluhur hadir dalam aneka monumen budaya dan rumah adat, pada tataran tertentu telah menjembatani jurang dan malah memperkecil konflik antara pelbagai kelompok penganut agama yang ada di NTT.

Kebanyakan penganut Islam pribumi di NTT berbangga bahwa mereka memiliki silsilah (genealogi) formal yang satu dan sama dengan para sanak kerabat yang Kristen sebagai basis identitas mereka, yang secara pragmatis diciptakan dan dilanggengkan di tengah semarak perkembangan masyarakat modern dan umat beragama yang terkadang radikal. Ideologi tentang identitas keislaman yang sedemikian menjadikan mereka bukan saja penghayat agama samawi yang terjewantah dalam Al-Qur’an, Hadis dan Syariat, melainkan juga mencakup apa yang mereka lakukan dan hayati dalam konteks sosial lokal bersama mayoritas penduduk NTT yang Kristen.

Sebagaimana dikenal dalam tradisi Islam di seantero jagat, konsep mengenai hubungan manusia dengan Allah (Yang Ilahi) dan dengan realitas sosial itu bersifat korelatif dan bukannya eksklusif satu sama lain. Apa yang dihayati oleh penganut Muslim pribumi di NTT dalam ranah ubudiyah berbarengan dengan penghargaan yang tinggi akan nilai-nilai kebudayaan lokal menjadi bukti penjembatanan antara ‘Islam yang dicita-citakan’ (the Ideal Islam) dengan ‘Islam yang sungguh dihidupi’ (the living Islam), yang dinamakan inkulturasi Islam.

Masyarakat NTT, baik Kristen maupun Muslim, tak boleh menutup mata terhadap pelbagai perkembangan mutakhir dalam ranah sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan bahkan isu pembaruan dan radikalisme keagamaan seperti spirit Negara Islam Irak Siria (NIIS), yang secara barbaris menghabisi sesama umat yang berbeda paham dengan mereka; atau pun usaha penolakan oleh Front Pembela Islam (FPI) terhadap pelantikan Ir. Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) sebagai Gubernur Daerah Khusus Istimewa Jakarta. Sebaliknya, masyarakat NTT hendaknya senantiasa waspada terhadap pelbagai gerakan keagamaan yang radikal dan cenderung mengafirkan kebudayaan lokal. Umat beragama di NTT harus tetap mendaya-gunakan inteleknya (berijtihad)
agar senantiasa tercipta keharmonisan antara dar al-Islam (rumah Islam) dan dar al-thaqafa (rumah kebudayaan), sampai pada taraf keikhlasan sejati dari mayoritas Kristen untuk menerima seorang tokoh muda yang Muslim, Drs. Anwar Puageno sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I Propinsi NTT.

Sebagai satu penelitian perdana tentu masih ada banyak komunitas Islam dan khasanah agama serta kebudayaan yang belum terrekam, bahkan ada yang
telah direkam namun belum dirumuskan secara lengkap dalam bunga rampai ini. Oleh sebab itu, apa yang masih kurang akan menjadi proyek lanjutan kami ke depan.

Sampaikan salam persaudaraan dalam ALLAH buat  rekan-rekan ASAKKIA.

By. P. Philipus Tule

Tidak ada komentar :

Posting Komentar